KAMI terlibat adu argumentasi sore itu. Apa yang dibutuhkan seorang anak untuk bisa sukses di sekolah: ambisi atau motivasi? Dia menyebut ambisi. Saya sendiri lebih suka motivasi. Tapi kata dia, setiap orang yang ingin sukses "pasti punya ambisi.. bohong kalau tidak ada. kalau tidak punya ambisi, ya dia pasti tidak sekolah". Saya sendiri lebih memilih motivasi daripada ambisi. Motivasi berarti "dorongan yang timbul dalam diri seseorang secara sadar untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu". Sementara ambisi derajatnya lebih tinggi daripada motivasi. Ada "dorongan yang sangat kuat untuk mencapai sesuatu". Dia mungkin benar karena kalau hanya sekedar motif tapi kalau tidak kuat, tetap tidak berhasil mencapai sesuatu yang diinginkan. Karena itu yang dibutuhkan ambisi, bukan motivasi.
Saya tidak ingin berdebat soal bagaimana sebuah kata diinterpretasikan. Pengalaman hidup justru mengajarkan pada saya, ambisi itu tidak cocok untuk orang seperti saya. Waktu SD, saya pernah punya ambisi untuk jadi juara. Belajar keras, eh hasilnya sangat tidak memuaskan. Tetapi ketika saya menurunkan ambisi menjadi motivasi, saya justru menyabet juara. Meski sebenarnya bukan itu yang saya inginkan ketika belajar. Waktu itu saya belajar yaa.. karena ingin belajar saja. Tidak perlu juara, yang penting bisa jawab satu dua soal dari guru, rasanya sudah cukup. Tidak mempermalukan orang tua. Dalam ambisi ada target tinggi. Ini cocok untuk orang yang dapat beradaptasi di bawah tekanan. Itu bukan tipe saya. Saya justru suka yang biasa-biasa saja. Jadi wajar saja kan kalo hidup saya biasa-biasa saja. Hehehe.. Tapi apapun itu, yang penting saya bahagia dan tidak merasa bekerja di bawah tekanan target yang saya buat sendiri. Bagi saya, ambisi itu bentuk lain dari menyiksa diri sendiri. Itu versi saya lho ya?! Jangan ditiru. @aswan
*) untuk A.A.
No comments:
Post a Comment