Monday, July 18, 2016
Pertama Pulang Sekolah
"BERAPA lama kita sampai ke luar angkasa?" Itu pertanyaan yang diajukan si bungsu, Rifqah (11 thn). Entah dia serius atau tidak bertanyanya. "Yaa tergantung kamu mau ke mana? Bulan? Planet Mars? Atau ke mana?" Belum lagi selesai saya menjelaskan, dia langsung meneruskan, "Untuk apa yaa saya ke luar angkasa? Di sana saya mau buat apa?!"
Itu tadi bukan kali pertama dia mengajukan pertanyaan iseng. Sebelumnya juga dia sempat bertanya, "Mengapa kita tidak diizinkan berteman dengan jin? Kan baik kalo kita punya banyak teman." Penting ga sih mengomentari hal-hal random yang lewat di kepalanya?! Eh, anak siapa dulu.. Oh ya, hari ini jadi hari pertama dia pulang sekolah. Sengaja saya menyebut seperti itu, karena ungkapan hari pertama pergi ke sekolah sudah terlalu mainstream. Biasa, biar beda saja!
Seperti arahan Menteri Pendidikan, orang tua direkomendasikan mendampingi anaknya di hari pertama seperti ini. Idealnya begitu, tapi karena saya bukan tipe orang tua ideal, yaa jadinya si Rifqah ke sekolah sendiri. Saya hanya mengantar sampai di depan jalan masuk ke sekolah barunya. Rapat antara sekolah dengan orang tua siswa tidak saya hadiri. Sibuk. Ibunya juga. Tidak semua hal ideal bisa dilakukan orang tua, kan? Meski untuk anjuran sederhana para pemerhati pendidikan seperti mendampingi anak-anak saat menonton televisi. Atau ada ya yang bisa seperti itu? Hebaaaat!
Kembali ke cerita tentang hari pertama pulang sekolah, si Rifqah komplain karena dijemput sampai di depan pagar sekolah. Dia kepingin ditunggu cukup di ujung jalan. Katanya dia ingin mandiri. Nah, kalau si anak ingin mendiri seperti itu bagus kan ya?! Setidaknya dia sudah tidak ingin diperlakukan seperti anak-anak lagi. Atau jangan-jangan alasan saja biar masih bisa haha-hihi dengan teman-teman barunya?!
Saya bersyukur karena tidak ada MOS (Masa Orientasi Siswa) yang wajibkan anak-anak baru ke sekolah dengan ornamen dan penampilan yang ribet seperti kakaknya waktu masuk SMP dulu. Meski sejujurnya kadang rindu juga dengan pakaian mereka yang rame dan kocak. Mungkin MOS itu bagus dengan catatan bukan untuk menyiksa atau mengerjai siswa baru. Tapi buat lucu-lucuan. Kaos kaki warna warni. Rambut dikuncir. Nama-nama aneh. ID Card dengan foto alay tergantung di leher. Tidak lupa ember, kemoceng dan sapu lidi (yang kalo di film Harry Potter bisa dipakai terbang). Seru kan?! @aswan
Labels:
life
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment