ADA tiga hal yang membuat saya suka puisi ini. Pertama, analogi kayu yang jadi pedati adalah gambaran manusia yang awalnya disusun oleh hal yang sederhana seumpama kayu untuk kemudian jadi sesuatu yang bermakna seperti pedati. Lalu pada akhirnya setiap manusia akan rindu kembali ke asalnya seperti pedati yang menjadi kayu. Kedua, puisi ini ditulis panjang menyerupai kalimat tapi tanpa tanda baca titik atau koma. Ketiga, saya tidak menyangka kalau setelah tujuh tahun kemudian, sang penyair Alois A Nugroro adalah guru besar yang jadi dosen saya di program doktoral Univ Indonesia. @aswanpov
No comments:
Post a Comment