Monday, May 2, 2016

Tentang Cinta Rangga


KALAU boleh (sok) memberi komentar, film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC2) terasa 'lemah' tanpa theme song yang mudah diingat seperti AADC1. Untuk penonton pelupa (seperti saya), flashback akan sangat membantu jika sutradara dan editor menghadirkan kembali konteks setiap percakapan yang merujuk ke masa lalu. Agar tetap terhubung dengan cerita awal di AADC1. Tentu juga berguna bagi mereka yang baru menonton film ini. Tapi asrinya Jogja, 'sunyinya' Jakarta, dan dinginya New York, menyediakan atmosfir rasa yang pas untuk setiap setting kisahnya. Termasuk puisi-puisi yang bertebaran di dalamnya (karya M. Aan Mansyur). Alur cerita yang tidak mudah ditebak, juga jadi kekuatan film.

Cinta masa remaja seperti mitos yang ingin dihidupkan dalam film ini. Magnet film ada pada karakter Rangga dan Cinta. Nicolas Saputra dan Dian Sastro tidak kehilangan chemistry. Dengan gaya bertutur, intonasi hingga bahasa tubuh mereka yang sangat natural. Layaknya dua kekasih. Padahal lebih dari satu dekade barulah mereka dipasangkan lagi setelah AADC1. Tiap kali wajah mereka disorot close up, saya membatin: "Tampan yaa tampan saja. Cantik yaa cantik saja. Meski ratusan purnama berlalu, ketampanan dan kecantikan lebih merupakan nasib baik yang sulit ditolak". Mungkin ini yang buat (saya) iri. @aswan


No comments:

Post a Comment