Tuesday, April 28, 2015
Perfume for Whom?
ONE of my friend ask me: You don't like perfume? I ask her back: Did I smell bad? She smile. Nope. It's about how I look different with another men that she ever met. Frankly, I like be original. With all I am. The way I talk and walk. The way I think and act. I love if my friend remind me as my genuine version. Not because I use some artificial aroma. That's why I'm not prefer to use perfume although I like any of it. Did you ever meet someone with a very hard sting smell of perfume? Maybe he/she want to make everyone impressed. But... yeah, you know, perfume is about taste. At least, not to disturb everybody nose, I think I have give them the best of me. @aswan
Wednesday, April 22, 2015
Bisikan Peri Kucing
MENURUT kamus, peri itu serupa roh perempuan yang elok rupawan. Saya sih lebih suka membayangkannya peri itu makhluk kecil bersayap seperti di dongeng atau film Pater Pan. Saya melihat makhluk seperti itu sedang berbisik pada perempuan yang memberi makan seekor kucing putih.
"Buat apa beri makan kucing itu," kata si Peri.
"Dia lapar."
"Tapi kan dia jahat?!"
Perempuan tadi terkejut, "Tahu dari mana?"
"Kemarin kamu elus, dia marah dan mencakar."
"Iya sih. Tapi kan dia lapar."
Si Peri terbang berpindah ke telinga sebelah kiri. "Niatmu baik, tapi jangan hanya diberi makan. Kucing itu juga harus kamu didik biar tahu berterima kasih. Setidaknya kepada majikannya."
"Ah kamu. Ini binatang." Perempuan itu membela.
Si Peri tersenyum, ingin terlihat seperti burung hantu yang bijak. "Betul. Tapi kucing juga harus diajari. Mereka wajib punya etika. Di tangan mereka nasib kucing Indonesia di masa depan!"
Teng-tong.***
@aswan
"Buat apa beri makan kucing itu," kata si Peri.
"Dia lapar."
"Tapi kan dia jahat?!"
Perempuan tadi terkejut, "Tahu dari mana?"
"Kemarin kamu elus, dia marah dan mencakar."
"Iya sih. Tapi kan dia lapar."
Si Peri terbang berpindah ke telinga sebelah kiri. "Niatmu baik, tapi jangan hanya diberi makan. Kucing itu juga harus kamu didik biar tahu berterima kasih. Setidaknya kepada majikannya."
"Ah kamu. Ini binatang." Perempuan itu membela.
Si Peri tersenyum, ingin terlihat seperti burung hantu yang bijak. "Betul. Tapi kucing juga harus diajari. Mereka wajib punya etika. Di tangan mereka nasib kucing Indonesia di masa depan!"
Teng-tong.***
@aswan
Tuesday, April 21, 2015
Cerita Tiga Kartini
TIGA perempuan itu duduk berkumpul. Masing-masing asyik dengan linting rokok di tangan. Sesekali menghisap lalu menyemburkan asapnya. Saya duduk di sebelah dalam kantin. Ada kaca yang memisahkan kami. Ini zona paling aman untuk aroma tembakau yang kuatnya melebihi daya tahan parfum atau deodoran yang bisa saya beli. Di kampus, memang jarang bisa melihat perempuan merokok dapat berkumpul dengan jumlah seperti ini. Ngobrol bebas sambil tertawa. Di atas meja, di sisi tas mereka, ada jas putih. Mereka sepertinya mahasiswa kedokteran. Bukan tentang merokok, mungkin tentang harapan dan kenyataan. Mereka yang tahu resep hidup sehat kan harusnya berperilaku sehat. Bukan begitu? Tetapi bukankah ada bagian dari hidup yang kerap sajikan kontradiksi seperti ini? Seperi film The God Father yang berkisah tentang seorang mafia kejam tapi sayang keluarga. Atau Three Days to Kill yang menceritakan mantan agen yang harus membunuh lagi agar dapat dekat dengan anak perempuannya. Tiga perempuan tadi mungkin tidak seperti mimpi Kartini tentang perempuan yang hari lahirnya sedang dirayakan –dengan berkebaya oleh perempuan lain– pada hari di mana saya melihat mereka. Tuh kan, ini kontradiksi (lagi). @aswan
Wednesday, April 15, 2015
Si Darling, Mana?
TAHU sendiri kan politik? Kalau sudah tidak dibutuhkan, Anda akan ditinggal. Begitu juga dengan pers. Ini cerita yang dimuat harian Kompas 14 April 2015, tentang presiden yang tidak hadir pada peringatan Hari Pers Nasional di Batam 9 Februari. Ada yang senang karena ini pertanda bahwa pers Indonesia itu 'independen', tidak terkooptasi oleh kekuasaan. (Uhuk!) Tapi ada juga yang menggerutu. Seolah presiden tidak butuh pers. Padahal waktu nyalon, mereka begitu membuka pintu. Media Darling gitu. Tiada hari tanpa liputan media dan selalu yang baik-baiknya saja. Media butuh politisi sebagai 'jualan', politisi juga butuh media sebagai 'panggung' untuk bisa bilang: "Hei, ini Aku!" Jadi mengapa harus linglung kalau dulu darling sekarang berpaling. Nanti juga mereka datang, kalau mau nampang. @aswan
Tuesday, April 14, 2015
They Grow Up
ENTAH sudah kali ke berapa tulisan dengan tema ini saya tulis ulang. Tentang peristiwa sederhana. Pagi ini saya mengantar seorang keponakan ke sekolah SMP-nya dengan menggunakan sepeda motor. Kami berbincang sepanjang jalan seperti layaknya teman yang berselang usia satu atau dua tahun saja. Setidaknya itu yang saya rasa. Sebelumnya, kakak saya juga menelepon. Bercerita dengan nada curhat tentang anaknya yang ingin mengembalikan cincin pertunangan. Tahun 2015 masih ada pertunangan lho? Waktu seperti berjalan begitu cepat. Saya masih ingat menimang-nimang mereka. Bermain bersama atau bahkan melihat mereka bermain layaknya balita atau anak-anak. Sekarang mereka sudah menjalani hidup seperti orang dewasa. Sekali lagi: They grow up and I grow old.* @aswan
*) Saya tidak sendiri. Jangan lupa, ini berlaku juga buat Anda.
*) Saya tidak sendiri. Jangan lupa, ini berlaku juga buat Anda.
Sunday, April 5, 2015
Yang Menanti Pelaut
(c) aswan zanynu |
BAYANGKAN jika moyang kita hadir di ruangan ini. Perpustakaan Universitas Indonesia yang berisi jejeran komputer. Moyang kita yang pelaut hanya mengerti lukisan yang terpajang besar di dinding ruangan. Itu kenderaan mereka menjelajah dunia. Cucu mereka yang hidup saat ini justri melihat sebaliknya. Kapal itu hanya indah untuk dipandang. Bukan digunakan. Mereka menjelajah dunia dengan sepuluh jari dari mata di depan komputer. Sesedarhana itu. Tak ada angin. Tak ada ombak. Tak ada suara camar. Gambar ini saya ambil dengan kamera iPhone 4. @aswanpov
Friday, April 3, 2015
Di Kaki Jazirah
TAHUN 2015 awal, Yaman bergejolak lagi. Negara ini terletak di kaki jazirah Arab. Di sana ada dua kubu yg berseteru: pemerintahan Suni vs milisi Houthi Syiah. Suni dibela Arab. Syiah didukung Iran. Jarang yang tahu kalau di Yaman pernah hidup nabi Hud alaihissalam (as). Di sana beliau dimakamkan, di daerah al-Haniq, samping sungai al-Hafif. Bukan nabi Hud as saja, anak-anak beliau yang dikenal shaleh seperti Hadun dan Liyan, juga hidup di Yaman. Dalam al-Qur'an, nama Hud as diabadikan sebagai nama surah. Ketika nabi Muhammad SAW masih hidup, di Yaman pernah beliau angkat dua gubernur termuda dan tertua. Gubernur termuda yang ditunjuk nabi Muhammad SAW bernama Muadz bin Jabal. Usianya 19 tahun. Nabi juga pernah menunjuk Abu Dzar al-Ghifari yang berusia 75 tahun sebagai gubernur di sana. Yaman itu penting di mata Nabi. Dengan implisit al-Qur’an juga menegaskan itu di surah al-Quraisy. Entah apakah dunia Muslim juga melihatnya penting dari perspektif konprehensif. Kekacauan di Yaman ini proyek politik untuk pecah kekuatan Islam. Lagu lama diputar kembali: Suni vs Syiah. Lalu, siapa yang untung? @aswan
Subscribe to:
Posts (Atom)