Wednesday, July 19, 2017

Post-Truth: Kontestasi dan Horor*




*) Pendapat dua ahli dalam tulisan ini dikemukakan dalam konferensi internasional bertajuk “Communication Governance and Research: Post-Truth Era”, di Fisip Universitas Indonesia, Depok (11 Juli 2017). Untuk tidak mencampuradukkan antara pendapat mereka dan diskusi yang saya bangun, pendapat mereka diletakkan dalam paragraf yang terpisah dengan komentar saya.



KAMUS Oxford telah memberikan gelar “the word of 2016” pada frase post-truth karena dipandang cukup mewakili apa yang telah terjadi sepanjang tahun 2016. “Post-truth” adalah kata sifat yang berarti keadaan di mana daya tarik emosional dan keyakinan personal lebih mempengaruhi pembentukan opini publik daripada fakta-fakta obyektif. Berdasarkan keterangan editornya, jumlah penggunaan istilah tersebut di tahun 2016 meningkat 2000 persen bila dibandingkan 2015. Sebagian besar penggunaan istilah post-truth merujuk pada dua momen politik paling berpengaruh di tahun 2016: keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa (Brexit) dan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat.

Saturday, July 1, 2017

cinta dan Cinta


PERCAKAPAN kami menyeruak begitu saja. Tanpa sekat. Tidak ada sapaan "Pak" atau "Ibu". Sebut nama ringkas, sapaan, bahkan ejekan saat sekolah. Group Whatsapp SMA tempat saya sekolah dulu jadi begitu riuh. Cerita dengan topik random berseliweran. Tidak terkecuali soal asmara. Ada beberapa yang membongkar satu-satu skandal masa lalu. Ada juga beberapa yang dengan takzimnya mengingatkan kami untuk ingat umur, ingat uban. Hehehe... Sampai ada yang berkomentar: "Memangnya ada hal yang lebih utama dari Cinta?" Sesaat group hening. Mungkin mereka tidak sangka ada yang akan berkomentar seperti itu. Tapi saya sendiri sepakat. Seperti biasa, tentu dengan argumentasi sok tahu ala Aswan.