Monday, September 28, 2015

Berteman dengan Tuhan

TANPA saya sadari selama ini saya menganggap Tuhan itu seperti teman sendiri. Ketika waktu shalat tiba, saya minta Dia menunggu sampai saya menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tanggung untuk dihentikan ketika kumandang adzan. Hanya teman (sok) akrab yang berani meminta temannya menunggu, bukan?Pernah sih saya memenuhi panggilan-Nya di awal waktu, tapi biasanya karena dua alasan. Satu, biar tidak mengganggu agenda lain yang harus tepat waktu seperti jadwal take off pesawat. Atau dua, biar perbincangan kami cepat selesai karena ada kerjaan lain yang harus saya lakukan, misalnya tidur.

Saya tahu Dia punya segalanya, makanya kepada-Nya saya meminta. Tapi sekali lagi dengan lagak layaknya seorang teman. Merasa setara dan berani kecewa saat permintaan saya tidak diberikan. Sesekali kesal. Dan dalam hubungan pertemanan unik ini, saya lebih sering ingin mendominasi. Lebih sering ingin didengarkan. Mungkin karena itu saya sulit memahami apa yang Dia inginkan. Atau tepatnya tidak mau membuka diri untuk itu. Entahlah, di saat-saat tertentu komunikasi kami rasanya buruk sekali. Kami jalan beriringan tapi tidak saling menyapa. Meski selalu bersama, saya lebih tertarik pada apa saja selain Dia. Hmmm… teman macam apa saya ini? Itu kalau kami berteman yaa.. bagaimana jika tidak?! @aswan


Wednesday, September 23, 2015

Horor Malam Lebaran

SIANG saat berjalan pulang dari Perpustakaan UI Depok saya dapat kabar kalau si Sulung alami cedera saat main basket di sekolah (23 Sep). Tempurung lutut kirinya bergeser dan langsung dibawa ke RS Bhayangkara Kendari. Malam harus jalani operasi. Idul Adha besok (24 Sep). Malam lebaran berubah jadi horor. Apalagi waktu menunggu kabar si Sulung siuman saat keluar dari kamar operasi. Menit demi menit rasanya merangkak seperti kura-kura. Bingung doa apa yang harus dipanjatkan. Blank! Ketegangan sedikit reda saat pas tengah malam dengar si Sulung sudah siuman. Wuff... Alhamdulillah.

Si Sulung rupanya punya basis fans. Waktu ke RS dia diantar kawan-kawannya. Ada dua angkot dan beberapa motor yang mengawalnya. Gelombang kedua yang datang justru teman-teman perempuannya. Ada yang mengaku sebagai pacar pertama, kedua, ketiga, entah sampai ke berapa. Sampai ada satu dari mereka yang bertanya, "Sakit mana, lututmu yang cedera atau perasaanmu kalau aku putusin?!" Mereka masih bisa menemuan sisi lain dari sebuah horor (operasi) yang saya rasakan meneror dari jauh. Dan saat si Sulung pulang sudah diizinkan pulang ke rumah pada petang hari (24 Sep), ada dua kelompok pembesuk juga yang datang. Mereka bertanya, bagaimana rasanya saat lututnya dioperasi. Si Sulung menjawab, "Ngilu-ngilu manja". See?! Anak siapa yang suka iseng ini. @aswan