Saturday, May 31, 2014
Manusia Berambut Merah
"SAYA kurang percaya diri hari ini." Begitu katanya. Sebelum saya bertanya, dia langsung menyebut alasan: Rambutku hitam polos, kemarin belum sempat diberi pewarna. Oh benar juga. Saya baru sadar, kalau makhluk imut ini biasanya tampil dengan rambut yang sedikit dicat kuning kemerahan gitu. Dia seperti menunggu, seolah minta komentar. Maka berkomentarlah saya layaknya pakar mode. “Tetap cantik kok dengan rambut hitam. Asli. Bukan artifisial.” Dia hanya senyum. Mungkin sambil membatin: You lie to me. Hehehe... Harusnya mereka yang berambut hitam itu bersyukur. Karena secara genetik, menurut riset Outcomes Research Consortium: pemilik rambut merah (ala ras Eropa) butuh 19 persen gas lebih banyak saat anastesi. Mereka sangat peka pada rasa sakit. Nah?! @aswan
Friday, May 30, 2014
Kentut Tanda Cinta
IDE ini muncul begitu saja saat saya membaca tulisan Butet Kertaradjasa. Judulnya lupa. Maaf-maaf nih ya kalau terkesan jorok. Tapi ini jujur. Mungkinkah seseorang dapat kentut dengan bebas jika berada zona non-personal? Sudah pasti jawabanya: tidak. Kentut di sebelah orang yang tidak dapat menerima kita apa adanya, sama dengan bunuh diri. Sementara kita semua sadar kalau kentut itu urgen. Jika sudah mendesak, harus segera dipenuhi. Jadi tidak berlebihan kan jika saya menyebut kentut itu tanda cinta?! Baik dengan atau tanpa suara yang menggelegar. Baik dengan atau tanpa aroma yang menyengat. Jadi, tidak mesti dengan bunga. Menakar cinta bisa juga dengan kentut. Yuk, mariii.... @aswan
Tuesday, May 27, 2014
Berjalan di Tanah
KAPAN terakhir kali Anda berjalan telanjang kaki di atas tanah? Beberapa kota memang sudah menyediakan fasilitas umum yang memungkinkan para pejalan untuk menikmati sensasi pijat telapak kaki. Di taman kota, di bangun jalur dengan kerikil yang tertata berdiri. Tapi bagi saya hal itu belum membantu. Masih ingatkah kita rasa gumpalan tanah yang bergesekan dengan telapak kaki? Atau sensasi yang ditimbulkan dari sentuhan rumput liar yang saat pagi masih berteman embun. Kadang saya berpikir, alam sebenarnya selalu menyediakan kesempatan pada kita untuk menyatu dengannya. Saat dekat, kita akan belajar memperlakukan mereka dengan cara yang selayaknya. Bukankah mereka juga makhluk seperti kita?! Saat kita menghormati mereka, mereka akan menjaga kita. @aswan
Monday, May 26, 2014
Menerjemahkan Move On
MENURUT si Bungsu, move on artinya “maju menyala”. Kok bisa?! Katanya, move berarti “maju”. Sementara on itu menandakan posisi saat lampu sedang dinyalakan. Kami tercengang dengan "temuannya". Luar biasa! Saya dan kakaknya kompak menertawai logika naifnya. Dia pasang muka cuek. Sehari berlalu, otak saya yang semakin tua ini baru mulai berfungsi dengan baik. Hmmm... move on yang dia artikan "maju menyela" itu tidak boleh secara harfiah. “Maju” berarti bergerak ke depan. Karena keterbatasan kosa katanya, kata “menyala” kan sepadan dengan sesuatu yang mencerahkan. Jadi secara filosofis, anak kelas 3 SD ini ingin menyebut bahwa move on itu berarti "bergerak ke depan, ke arah yang mencerahkan". Gimana, gimana, gimana... boleh juga ya?! @aswan
Sunday, May 25, 2014
Seperti Baju Putih
MESKI suka, saya jarang pakai baju putih. Tanya kenapa? Menjaga baju putih agar tetap putih itu butuh kehati-hatian. Perhatian ekstra. Lengah sedikit: Blas! Bisa dicuci sih, tetap saja beda dengan warna aslinya. Jangan percaya dengan sabun cuci yang katanya bisa buat pakaian putih terlihat seperti baru. Sebaik-baik klaim atau kenyataan klain mereka, tetap saja baju putih selalu tidak akan bisa seputih aslinya. Kecuali memang tidak pernah dipakai. Saya pakai baju putih biasanya pada saat shalat (kemeja) atau pada saat keluar ke tempat yang bisa dijamin “steril”. Dan hidup itu seperti menjaga baju putih yang kita kenakan. Setiap hari, ada-ada saja keadaan (baca: godaan) yang dapat memudarkan keputihannya. Keputihan?! Eh maksudnya, memudahrkan warna spiritual kita yang fitrahnya putih. Gitu. Sekian sok tahu dari saya. @aswan
Friday, May 23, 2014
Film yang Menyatukan
KAMIS sore. Ini rencana dadakan yang muncul di kepala. Entah mengapa, anak-anak setuju. Nyonya juga oke. Hmm.. tidak biasanya kompakan seperti ini. Padahal besok saya harus presentasi. Materi belum disiapkan. Si sulung juga harus presentasi untuk karya tulis ilmiahnya. Malam ini mau latihan. Yaa sudahlah.. Pura-pura lupa saja. Target kami sederhana: Marmut Merah Jambu. Deretan kursi bioskop sudah nyaris penuh. Tumben baris paling belakang masih kosong. Jarang-jarang kami bisa nonton bareng sekeluarga. Terakhir nontonnya Spiderman. Berselang setahun lalu. Tidak seperti saat Spiderman, kali ini si bungsu tidak banyak bertanya. Malah lebih sering tertawa. Mungkin karena alur ceritanya sederhana dan berbahasa Indonesia. Saat keluar dari bioskop, di tempat parkir si bungsu bilang: Pa, besok nonton film ini lagi ya?! @aswan
Thursday, May 22, 2014
Riwayat Bantal Guling
ALKISAH, pada awal ditemukan bantal, guling belum lahir. Tradisi memeluk bantal guling di Indonesia itu nanti ada saat abad ke-18 atau 19. Konon orang Belanda yang “menciptakannya”. Karena hal ini tidak lazim dalam budaya Eropa dan Amerika, orang Inggris menyebut bantal guling dengan nama Dutch Wife. Sebenarnya ini olok-olok pelit yang mereka berikan kepada bangsa Belanda. Daripada menikahi orang pribumi di tanah jajahan, mereka lebih baik menciptakan bantal sebagai pengganti istri. Meski mengejek “penemunya”, orang Inggris ternyata suka juga menggunakan guling. Sekarang giliran orang Belanda yang menamai guling: British Doll. Oh ya, pada awalnya guling hanya dimiliki oleh para priyayi (baca: masyarakat kelas atas). Bukan di Indonesia saja, guling juga bisa ditemukan di Korea, Cina, dan Jepang. @aswan
Wednesday, May 21, 2014
Dosen Itu MC
TIDAK seperti biasanya, Senin itu
pertemuan di kelas Fotografi saya akhiri dalam kurang dari 30 menit.
Setelah 6 kali pertemuan, belum terasa antusiasme mereka. Bagi saya,
dinamika kelas itu harus dua arah. Kalo dosen yang semangat sendiri,
terlihat seperti orang cerdas yang sedang bicara dengan alang-alang.
Si dosen menggebu-gebu seperti mabuk, mahasiswanya gondok! Setelah
kelas bubar saya baru sadar kalau di luar kelas, sudah menunggu dua
orang mahasiswa pasca sarjana. Rupanya mereka ingin belajar metode
riset. Pada prinsipsinya, jangan paksa tamu untuk makan di pesta di
mana Anda jadi pemandu acaranya. Sajikan saja. Kalau lapar dan
tertarik, mereka akan mencari meja makan. Iya kan?! @aswan
Tuesday, May 20, 2014
The Amazing Williams
KEMARIN sempat beli CD audio Andy
Williams. Lumayaan... diskon. Oh ya, kalau belum kenal, boleh
googling. Hehehe... maaf-maaf nih. Masalahnya opa Williams mulai
bernyanyi dan terkenal di medio 1950an. Coba cek bagaimana dia
bawakan: Can't Take My Eyes Off You, Moon River, Stranger in the
Night, As Time Goes By, atau Misty. Tanpa iringan musik
pun suaranya tetap asyik didengarkan. Ini yang disebut: Golden
Voice. Bandingkan dengan penyayi yang datang di era digital.
Syarat utamanya, penampilan menarik dan atraktif saat disorot kamera.
Kualitas suara jadi nomor sekian. Bisa disamarkan kok dengan
instrumen musik atau teknologi audio mixing. Mengapa penyayi
bersuara emas tak lekang dimakan waktu? Jawabannya kurang lebih sama
dengan pertanyaan: Mengapa kicau burung tetap indah didengarkan di
setiap generasi? @aswan
Monday, May 19, 2014
Olok-olok yang Mencerahkan
PAGI itu saya betul-betul menikmati
Stand Up Comedy via Youtube. Suka para komik yang otak
kanannya sangat bagus. Apa saja bisa jadi lelocun. Bahkan sebuah
olok-olok untuk dirinya sendiri. Mereka juga kerap bisa mengajak kita
untuk menertawai hal-hal yang mungkin terlihat biasa saja tapi
ternyata tolol. Stand Up Comedy itu cara melawak yang cerdas.
Hanya mereka yang memiliki intelektualitas khusus yang bisa
membuatnya. Juga yang bisa tertawa karenanya. Sttt.. ini bukan pesan
promo. Tapi semata-mata untuk mencitrakan kalau saya itu orang yang
berselera cerdas. Hehehe... Eh tapi benar, dibutuhkan tingkat
kepandaian tertentu untuk dapat menikmati lelucon tertentu. Setiap
humor punya kelasnya sendiri-sendiri. @aswan
Sunday, May 18, 2014
Sebut Saja Keberuntungan
BELUM terlalu siang. Hari itu Sabtu. Satu SMS masuk: Lagi ngapain? Tanya si pengirim. Saya jawab jujur saja: Lagi menatap isi dompet yang pergi tanpa kabar. Kembali kagak. Apalagi ngarep mereka pulang. Dia menjawab dengan he-he-he-he. Saya menerima SMS balasannya sambil meringis. Coz this based on true sorry lho?! Bukan bermaksud tidak bersyukur, cuma kadang pengen saja rasakan sebulan (setahun, atau selamanya juga boleh) tidak punya masalah dengan isi dompet. Para miliarder itu cara dapat duitnya gimana ya? Rajin dan pekerja keras?! Ah tidak juga. Penyapu jalan di depan sekolah anak saya rajinnya minta ampun. Pedagang keliling yang selalu melintas depan rumah, kurang kerja keras apa lagi mereka? Mungkin rejeki lebih merupakan nasib baik. Atau sebut saja keberuntungan. @aswan
Saturday, May 17, 2014
Es Rasa Feminin
MENGAPA iklan es krim di tv selalu menampilkan perempuan? “Tidak selalu, Om.” Timpal teman anak saya. Dia lalu menyebutkan beberapa iklan es krim yang juga tampilkan lelaki sebagai model. Hmmm... iya juga sih. But most of all pasti melibatkan perempuan, kan. Pasti ada adegan si wanita berbibir seksi menggigit sepotongan ujung es krim. Pasti ada close up yang tunjukkan ekspresinya yang begitu menikmati potongan coklatnya tadi. Seolah sedang mengunyah hidangan dari surga. Sebagai lelaki, saya kadang jadi risi jika makan es krim di depan publik. Seperti sedang mengenakan properti feminin. Bayangkan jika Anda melihat lelaki tulen yang dipaksa pake lipstik. Nah, seperti itu tuh lebih kurang rasanya. @aswan
Friday, May 16, 2014
Perkara Seratus Perak
DAMPAK dari belanja pake uang tunai di swalayan. Kasir mengembalikan uang belanjaan kurang seratus perak. Harusnya Rp300. Dia hanya beri koin Rp200. But it's ok. Mungkin tidak punya pecahan uang Rp100. Sejurus kemudian saya kembali masuk dan keluar melewati kasir yang sama. Tadi lupa tissu. Sekotak harganya Rp10.300. Saya bayar dengan selembar uang sepuluhribuan dan koin Rp200 (tadi). Si kasir diam menatap. “Uang saya masih ada seratus rupiah kan di dalam?” Saya mengangkat alis. Senyum sok manis sambil menunjuk mesin kasir. Eskpresi kasir datar. Ini bukan masalah pelit lho ya?! Kalau tadi saya tidak keberatan dia menahan uang seratus perak saya, kok sekarang dia jutek karena saya meminta uang tadi diikutkan dalam transaksi kali ini? Itu masih milik saya kan?! @aswan
Thursday, May 15, 2014
(Tidak) Mandi Pagi
BERAPA kali dalam sehari Anda mandi? Saya baru tahu kalau seorang teman hanya mandi sekali setiap hari. “Ini green life style. Biar stok air di bumi tetap terjaga. Tidak mubazir.” Jawabannya politis dan sok aktivis gitu kan?! But anyway, saya juga baru tahu, ini juga dari cerita dia. Entah ngeyel atau benar. Katanya, orang-orang di Eropa dan AS, hanya mandi sekali. Pada malam sebelum tidur. Biar segar. Jadi pas bangun tidur, mereka tinggal gosok gigi lalu ke kantor. Tidak perlu mandi lagi. “Di film-film Hollywood gitu juga kan?!” Saya hanya mengangguk-angguk dengar pertanyaan retorisnya. Hmmm... ada yang mau coba?! @aswan
Wednesday, May 14, 2014
Tanpa Telepon Pintar
HAMPIR sebulan tidak ditemani Jevlin, Blackberry tua saya. Sisi positifnya, beberapa kesibukan berkurang. Tidak perlu cek BBM apalagi ganti DP atau status. Tidak usah bergegas balas mention Twitter atau Path. Tidak perlu dua hal lagi. Ini yang paling berat: Isi pulsa dan beli paket internet. Bukan gak modal ya, ini irit Men! Tanpa telepon pintar saya juga merasa lebih manusiawi secara sosial. Bisa ajak ngobrol orang lain tanpa tergoda untuk melihat gadget. Kalau mereka enggan berbicara, saya bisa baca buku atau majalah. Tanpa membaca, beberapa detail itu di sekitar kita itu juga indah untuk dinikmati. Yaa, itu semua alasan saya tetap bahagia. Setidaknya sampai berhasil membeli iPhone. @aswan
Tuesday, May 13, 2014
Dad Manual Book
TIAP orang punya tanggal yang jadi penanda hidup. Hari ini (13 Mei) adalah tanggal yang jadi pengingat saat saya pertama kali berperan sebagai ayah. Memang tidak mudah. Saat Anda menjadi ayah, tidak ada manual book untuk itu. Untuk hal yang punya buku panduan saja, kita sering kerepotan menanganinya. Apalagi yang tidak. Belajar jadi ayah secara otodidak itu pun super ribet. Pertama, karena yang Anda hadapi adalah bagian dari diri Anda sendiri. Meski begitu, uniknya, dia bukan Anda. Kedua, ketika Anda ingin belajar dari orang lain, belum tentu berhasil. Alasannya sederhana: karena anak Anda tidak pasti sama dengan anak mereka. @aswan
Saturday, May 10, 2014
Meja Kerja Khusus
PEKERJA kantor wajar kalau punya meja khusus. Kemarin waktu berkunjung ke ruang kerja seorang teman di Makassar, saya melihat meja kerja bersisian dengan meja komputer. Kursinya empuk. Cocok sangat layat untuk jabatannya sebagai wakil direktur. Di sisi kanan meja kerjanya, ada rak buku. Keren juga sih. Entah pengakuan ini keren atau tidak: saya tidak termasuk orang yang punya meja kerja. Mungkin tepanya: tidak kepingin. Rasanya membosankan, setiap waktu duduk di belakang meja yang sama untuk bekerja. Monoton sekali. Di rumah saya juga tidak memiliki meja kerja. Selain di WC, saya bisa mengetik di mana saja. Beberapa tulisan di blog, saya tulis di meja makan. Untuk tulisan ini, saya buat di atas meja tamu. @aswan
Wednesday, May 7, 2014
Pembelaan untuk LDR
BERSAMA dalam waktu yang lama itu tidak selamanya baik. Kadang berpisah (baik-baik) itu jauh lebih seru. Tiba-tiba telepon berdering. Dari seorang mantan teman penyiar saat masih di Makassar. Sudah 15 tahun kami tidak bertemu. Dia sibuk dengan bisnis propertinya. Sementara saya pindah kota, lalu ngajar di sebuah Perguruan Tinggi. Teleponnya mengajak lunch. Ini bukan kencan, Guys. Kami reunian. Teman-teman mantan penyiar radio yang lain juga hadir. Andai masih tetap siaran di radio, mungkin tidak banyak peristiwa yang bisa jadi bahan olok-olok di mobil dalam perjalanan ke dan dari rumah makan. Celoteh lepas di meja makan pun tidak akan seasyik ini kalau antara kami masih ada sekat atasan-bawahan, senior-yunior. Memang sih secara langsung tulisan ini tidak nyambung dengan judul. Apalagi kalau dilihat dalam konteks cinta. Tapi pesan moralnya tetap sampai, kan? Hehehe... Piss! *ngacung dua jari. @aswan
Tuesday, May 6, 2014
Makna Sebuah Tanggal
AWALNYA saya pikir sebuah tanggal itu miliki makna personal yang seragam. Sebut saja tanggal lahir. Begitu pentingnya sampai ada orang yang merayakannya. Kalau tidak dirayakan, setidaknya mereka merayakan untuk diri mereka sendiri. Atau mungkin (dalam hati) mengharapkan orang dekat di sekitarnya memberi ucapan, kado, kejutan, atau apalah namanya. Dan itu betul, meski tidak sepenuhnya betul. Saya baru saja menemukan seorang teman yang lupa menyampaikan selamat ulang tahun pada istrinya. Dia baru ingat nanti setelah seminggu berlalu. Istrinya marah? Tidak. Berarti mereka pasangan yang tidak bahagia? Tidak juga. Saya tahu persis karena pasangan suami istri itu sahabat saya sejak kuliah. Kok bisa? Tentang “makna”, apa sih yang tidak bisa kalau kita sepakat?! @aswan
Thursday, May 1, 2014
Topi dan Buruh
NAMANYA “pileus”. Topi yang tampak sederhana itu ternyata simbol kebebasan buruh di Yunani dan Roma. Bentuknya menyerupai tempurung kepala manusia. Topi sendiri dipercaya sudah ada sejak abad 8 hingga 6 sebelum masehi. Perkiraan waktu ini diambil dari bukti lukisan sebuah makam di Thebes, suatu kota di Mesir Kuno (sekarang bernama Luxor). Lukisan itu gambarkan seorang lelaki yang mengenakan topi jerami. Saya lalu membayangkan betapa tuanya (dalam peradaban manusia) benda yang kita letakkan saat ini di kepala. Andai orang dari masa lalu datang ke masa kini, bagaimana reaksi mereka melihat topi yang telah berubah bentuk, makna sosial dan fungsi praktisnya. Eh, ini pertanyaan cerdas kan?! ;) @aswan
Subscribe to:
Posts (Atom)