KAMI janjian bertemu di tempat makan yang dekat dengan stasiun kereta di Jakarta. Saya rasa ini spesial karena dia buat janji sejak dua minggu sebelumnya, saat masih di Manila. Sebenarnya sekitar lima bulan sebelumnya kami pernah bertemu di Jakarta, tepatnya di kedai waralaba Jepang. Teman saya ini sebenarnya sedang kuliah doktoral di Kyoto. Saya di Jakarta. Meski sama-sama berlabel “perantau ilmiah”, terasa perbedaan kasta kami. Tapi menurutnya, jika gunakan kacamata beasiswa, kasta kami sama saja. Maksudnya sama melaratnya. Besaran beasiswa hanya pas untuk hidup sendiri (tidak ada tunjuangan keluarga). Pencairan dananya pun TIDAK SETIAP BULAN. Bagaimana bisa hidup sehari-hari dengan modal seperti itu? Kadang saya berpikir, mereka yang kuliah hingga jenjang doktoral seperti kami ini sebenarnya orang 'bodoh yang nekat'. Kok mau jalani hidup yang jauh dari nyaman?! Atau jangan-jangan hanya saya saja yang seperti ini?! Hehehe.. @aswan
No comments:
Post a Comment